wElCom tO bLoG Ian S1 Keperawatan

wElComE tO bLog Ian S1 Keperawatan

Sabtu, 21 April 2012

askep katarak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Kebutaan di Indonesia merupakan bencana Nasional. Sebab kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak pada kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta. Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 – 1996, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 %. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia pada masa itu.
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru  merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia  untuk menderita katarak memicu kita dalam  upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuta kita terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya penyembuhan.
Sehingga kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi dalam mencegah dan menanggulangi masalah katarak yakni dengan memberikan sebuah raangkuman makalah tentang katarak sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan.  





1.2       Batasan Topik
1.         Jelaskan konsep dasar katarak!
2.         Bagaimana anatomi fisiologi katarak?
3.         Bagaimana patofisiologi penyakit katarak?
4.         Bagaimana metode pencegahan untuk katarak?
5.         Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien katarak?
6.         Buatlah konsep Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dengan materi katarak!
7.         Bagaimana aspek legak etik dalam penatalaksanaan penyakit katarak?







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       KONSEP DASAR KATARAK
2.1.1.       Pengertian
Katarak berasal dari bahasa Yunani “cataracta”yang berarti air terjun.
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer,2000;62)
Jadi kesimpulan dari definisi diatas katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.

2.1.2.       Epidemiologi
Tingkat kebutaan di Indonesia sendiri merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 1,5%. Sedang dalam catatan WHO, tingkat kebutaan di Indonesia berada dalam urutan ketiga dunia sebesar 1,47%. Dari catatan WHO 75% kebutaan di dunia sebenarnya dapat di cegah dan di obati, sebab sebagian besar kebutaan itu disebabkan oleh katarak.
95% masyarakat yang berusia 65 tahun memiliki tingkatan kekeruhan lensa, banyak yang menjalani operasi katarak.
The  Beaver Dam Eye melaporkan bahwa 38,8% pria 45% wanita berusia di atas 74 tahun menderita katarak. Diperkirakan lebih dari 1 juta ekstraksi  katarak telah di lakukan di Amerika Serikat. Katarak diperkirakan telah mengakibatkan 15 juta kasus kebutaan di seluruh dunia.

2.1.3.       Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1.    Usia lanjut dan proses penuaan.
2.    Congenital atau bisa diturunkan.
3.    Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya.  
4.    Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).  
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1.    Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2.    Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3.    Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4.    Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5.    Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

2.1.4         Klasifikasi Katarak
Katarak berdasarkan usia dapat diklasifikasikan  menjadi :
a.    Katarak Kongenital
                Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, dan galaktosemia.
b.   Katarak Senile
Katarak senile ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed 3). Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight).
c.    Katarak Juvenile
                Kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft carahast. Mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
d.   Katarak Komplikata
                Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain. Penyebab katarak jenis ini adalah gangguan okuler, penyakit sistemik dan trauma.



2.1.5         Manifestasi Klinis
a.    Penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan.
b.    Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
c.     Pandangan menjadi kabur atau redup
d.    Pupil tampak abu-abu atau putih
e.    Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
f.     Peka terhadap sinar atau cahaya
g.    Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia)
h.    Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
i.      Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
j.      Kesulitan melihat pada malam hari
k.    Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
l.      Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari)







2.1.6         Pembagian Stadium Katarak
a.    Stadium insipien
-       Di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.
-       Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
-       Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya.
-       Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa.
-       Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
b.    Stadium imatur
-       Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung.
-       Terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. P
-       Terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung à pasien menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat.
-       Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup.
-       Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
-       Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris positif.
c.     Stadium matur
-       Merupakan proses degenerasi lanjut lensa.
-       Terjadi kekeruhan seluruh lensa.
-       Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali.
-       Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif.
-       Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif
d.    Stadium hipermatur
-       Terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni).
-       Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan.
-       Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka.
-       Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif.
-       Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis.
-       Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma fakoliti

Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)

Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan Lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Bilik mata depan
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sudut bilik mata
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow test
(-)
(+)
(-)
+/-
Visus
(+)
<< 
<<< 
Penyulit
(-)
Glaukoma
(-)
Uveitis+glaukoma



2.1.7         Pencegahan Katarak
a.         Mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya katarak.
b.        Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
c.         Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
d.        Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit C, vit A dan vit E

2.1.8         Pemeriksaan Penunjang
1.         Penyinaran sampan
                    Dengan bantuan lampu senter, terlihat kekaburan lensa mata yang putih keabuan dengan dasar hitam. Pada stadium imatur, tampak bayangan iris diatas lensa akibat superfisial lensa masih transparan, iris shadow positif. Pada stadium matur, iris shadow negative, lensa keruh sama sekali.
2.         Offtalmoskope
                    Pada stadium impisien da imatur tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar belakang merah jambu. Pada stadium matur haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa latar belakang merah jambu, lensa sudah keruh.

2.2       ANATOMI DAN FISIOLOGI KATARAK
*      Mata memiliki struktur dan fungsi sebagai berikut:
·         Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
·         Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera
·         Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
·         Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
·         Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
·         Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
·         Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
·         Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
·         Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
·         Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).

*      Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
·           Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa.Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya.Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
Ø  Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris
Ø  Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa.
Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
·           Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina.Segmen posterior berisi humor vitreus. Cairan tersebut membantu menjaga bentuk bola mata.


*      Anatomi dan fisiologi Lensa
Lensa adalah struktur sirkuler, lunak dan bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm, terletak di belakang iris, di depan badan vitreus. Titik pusat permukaan anterior dan posterior disebut polus anterior dan polus posterior, dan garis yang melewati kedua polus tersebut disebut aksis. Lensa tetap berada di tempatnya karena dari depan ditekan oleh akueos humor, dari belakang ditekan oleh vitreus humor dan digantung zonula atau ligamen suspensorium. Zonula adalah membran tipis yang menutupi permukaan dalam badan silier, prosessus siliaris dan lensa. Permukaan posterior lensa lebih cembung dibandingkan permukaan anterior dan lensa ini menempati fossa hialoidea badan vitreus.
Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul pada bagian luar, korteks dan nukleus pada bagian dalam. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga lama kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nucleus dan korteks terbentuk dari lamella konsentris yang panjang dari serabut-serabut yang tepinya dihubungkan oleh bahan yang menyerupai perekat yang tertutup di dalam suatu kapsul tipis. Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Kapsul ini merupakan membrane bening yang menutup lensa secara erat dan lebih tebal pada permukaan anterior.
*      Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina.Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

2.3       PATOFISIOLOGI
Lensa berisi 65% air,35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen,penurunan ai,peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan desitasnya. Peningkatan densitasn diakibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi di korteks,serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu,berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabloisme ini,menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalu kornea dihalangi oleh lensa yang keruh/buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan yang kabut. Pada katarak yang tidak diterapi,lensa mata menjadi putih susu,kemudian berubah kuning. Bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna.

2.4       PRINSIP LEGAL ETIK PENATALAKSANAAN KATARAK
ü  Penatalaksanaan
-       Stadium I
o    Dengan deteksi catalin, catalin adalah zat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat quino, yaitu zat yang mengubah protein lensa mata yang bening menjadi gelap.
o    Tujuan pegobatan ini adalah untuk menekan proresifitas kekaburan lensa supaya katarak menjadi stasioner.
-       Stadium II
o    Dilakukan secara simtomatis.
-       Stadium III dan IV
o    Operasi untuk mengeluarkan lensa yang karakteus.
·           Indikasi dilakukannya operasi katarak :
-          Indikasi sosial : jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
-          Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
-          Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
·           Ada dua macam teknik pembedahan untuk pengangkatan katarak :
q  Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Ekstraksi katarak intra kapsuler ( ICCE, intra capsuler catarak ekstraksion ) adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zona dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Bedah beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas. Insrumen bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada benda yang lembab. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsula akan melekat pada probe.lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan cara pangangkatan katarak utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena tersedianya teknik bedah yang lebih canggih.
q  Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler
Ekstraksi katarak ekstracapsuler (ECCE, extracapsuler catarak ekstraksion) sekarang merupakan teknik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nucleus,dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh, dapat mempertahankan arsitektur bagi posterior mata, jadi mengurangi insidensi yang serius.

ü  Pendidikan Pasien Setelah Pembedahan Katarak
o    Pembatasan aktivitas
o    Diperbolehkan :
-       Menonton televisi; membaca bila perlu, tp jangan terlalu lama
-       Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi
-       Pada awal mandi waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau pancuran
o    Tidak boleh membungkuk pd wastafel atau bak mandi; condongkan sedikit kepala kebelakang saat mencuci rambut
o    Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari; mengenakan kacamata pada siang hari
o    Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring tidak boleh telengkup
o    Aktivitas dengan duduk
o    Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan
o    Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
o    Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)
-          Tidur pada sisi yang sakit
-          Menggosok mata; menekan kelopak untuk menutup
-          Mengejan saat defekasi
-          Memakai sabun mendekati mata
-          Mengangkat benda yang lebih dari 7 Kg
-          Hubungan seks
-          Mengendarai kendaraan
-          Batuk, bersin, dan muntah                          




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus Pemicu
Tuan K 60 tahun dirawat di RS dengan keluhan gangguan penglihatan buruk atau tidak jelas, sinar  terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer atau kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, foto fobhia kekeruhan mulai dari tepi equator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Kekeruhan ini dapat menimbulkan polyopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. Oleh karena dokter Tuan K direncanakan dilakukan tindakan operasi.

3.1       Pengkajian
                    I.          Identitas
1.         Nama                                    : Tn K
2.         Jenis kelamin                     : Laki-laki
3.         Umur                                     : 60  tahun
4.         Status perkawinan           : Menikah
5.         Pendidikan                          : SMA
6.         Suku/Bangsa                                      : Indonesia
7.         Alamat                                  : Jl. Pramuka No. 08 Tuban
8.         Pekerjaan                            : Wiraswasta
9.         Tanggal MRS                      : 05 Maret 2012
10.      Sumber informasi            : Klien dan Keluarga

               II.            Keluhan Utama/Alasan Masuk RS : Pasien merasa penglihatan kabur terutama pada mata kirinya


           III.              Riwayat Keperawatan
       Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit apapun.Pasien tidak ada alergi makanan dan obat – obatan.Opname saat ini merupakan pengalaman yang pertama bagi pasien.
       Riwayat Penyakit Sekarang
       P : Tn D dirawat dirumah sakit karena mengalami gangguan penglihatan  yang kabur
       Q :  Tn D mengatakan dia kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat seperti berada di dalam ruang yang gelap
       R : Penglihatan tampak kabur dan kekeruhan pada lensa mata 
       S :  Sinar terang dapat menyebabkan silau dan penglihatan menjadi tidak jelas 
       T : Penglihatan dirasakan semakin kabur pada saat siang hari
       Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
           IV.              Observasi dan Pemeriksaan Fisik
·           Keadaan Umum :
Keadaan umum pasien kurang baik, tampak gelisah dan cemas
·           TTV :
       S :370C
       N : 90  x/menit        
       TD : 120/80 mmHg
       RR : 20  x/menit
·           Body System
a.    Pernapasan (B1)
o  Hidung
-       Pernafasan cuping hidung : tidak ada
-       Septum nasi :  simetris
o  Bentuk dada : simetris
o  Kx tidak batuk atau sesak dan tidak nyeri waktu nafas
o  Irama nafas : teratur

b.   Cardiovaskuler (B2)
o  Keluhan nyeri dada  : tidak ada
o  Irama jantung : teratur
o  CRT : < 3 detik
o  Konjungtiva pucat : tidak
o  JVP : normal
c.    Persyarafan (B3)
o  Kesadaran               : composmentis
o  GCS : 4 5 6
o  Keluhan pusing : tidak
o  Pupil  : ada warna keabuan
o  Nyeri : tidak
d.   Perkemihan (B4)
o  Kandung kencing : tidak ada nyeri tekan
o  Produksi urine : 900  cc/hari
o  Intake cairan oral :   1000cc/hari
e.   Pencernaan (B5)
o  TB : 160cm
o  BB :  57kg
o  Mukosa mulut : lembab
o  Tenggorokan : tidak ada nyeri telan
o  Abdomen :
-            Pembesaran hepar : tidak
-            Pembesaran lien : tidak
-            Ascites : tidak
o  Bising usus : 20x /menit
o  BAB : 1-2 x/hari, konsistensi: lunak
f.     Tulang-Otot-Integumen (B6)
o  Pergerakan sendi : bebas
o  Kelainan ekstermitas : tidak ada
o  Kelainan tl. Belakang : tidak ada
o  Fraktur : tidak
o  Traksi/spalk/gips : tidak
o  Kulit : normal
o  Akral : hangat
o  Turgor : baik
             V.              Pemeriksaan Penunjang
a.         Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
b.        Lapang Penglihatan : penurunan mngkin karena massa tumor, keratitis,  glaukoma
c.         Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d.        Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e.        Tes Provokatif : menentukan adanya/tipe glaukoma
f.          Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
g.         Tes toleransi glukosa : menentukan adanya/ control diabetes.

ª    ANALISA DATA
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
Ds :
Px mengatakan penglihatannya tidak jelas dan kabur
Do :
-       Adanya kekeruhan pd lensa mata
-       Pupil tampak keabuan
-       Visus 1/6
-       Terdapat fotofobia saat pemfis mata dg penlight
-       Px tampak tidak nyaman
Blocking sinar yang masuk kornea

Mengaburkan bayangan yang semu yang sampai pada retina
 

Otak menginterpretasikan sebagai bayangan berkabut
 

Pandangan kabur

Gg. Persepsi sensori visual
Gg. Persepsi sensori visual

Ds :
Px mengatakan penglihatannya tidak jelas dan kabur
Do :
-       Adanya kekeruhan pd lensa mata
-       Pupil tampak keabuan
-       Visus 1/6
-       Terdapat fotofobia saat pemfis mata dg penlight
-       Px tampak tidak nyaman
Blocking sinar yang masuk kornea

Mengaburkan bayangan yang semu yang sampai pada retina
 

Otak menginterpretasikan sebagai bayangan berkabut
 

Pandangan kabur

Resti Cidera
Resiko Tinggi Cidera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar