BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutaan di Indonesia merupakan
bencana Nasional. Sebab kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia
rendah. Hal ini berdampak pada kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya
untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta. Berdasarkan hasil survey nasional
tahun 1993 – 1996, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 %. Angka ini
menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan
nomor dua di dunia pada masa itu.
Salah satu penyebab kebutaan adalah
katarak. sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh
katarak. Pandangan mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca
mata berembun, ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda
ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari
penderita justru merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa
berlebih.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia
untuk menderita katarak memicu kita dalam upaya pencegahan. Dengan
memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian
bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuta kita terhindar dari berbagai
jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya
penyembuhan.
Sehingga kami sebagai mahasiswa
keperawatan memiliki solusi dalam mencegah dan menanggulangi masalah katarak
yakni dengan memberikan sebuah raangkuman makalah tentang katarak sebagai bahan
belajar dan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan.
1.2 Batasan
Topik
1.
Jelaskan konsep dasar katarak!
2.
Bagaimana anatomi fisiologi katarak?
3.
Bagaimana patofisiologi penyakit katarak?
4.
Bagaimana metode pencegahan untuk katarak?
5.
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien katarak?
6.
Buatlah konsep Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
dengan materi katarak!
7.
Bagaimana aspek legak etik dalam
penatalaksanaan penyakit katarak?
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR
KATARAK
2.1.1.
Pengertian
Katarak berasal dari bahasa Yunani “cataracta”yang berarti air
terjun.
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada
lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada
semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa
atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan
berjalan progesif. (Mansjoer,2000;62)
Jadi kesimpulan dari definisi diatas katarak adalah suatu keadaan
patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau
denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme
normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
2.1.2.
Epidemiologi
Tingkat
kebutaan di Indonesia sendiri merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara yaitu
sebesar 1,5%. Sedang dalam catatan WHO, tingkat kebutaan di Indonesia berada
dalam urutan ketiga dunia sebesar 1,47%. Dari catatan WHO 75% kebutaan di dunia
sebenarnya dapat di cegah dan di obati, sebab sebagian besar kebutaan itu
disebabkan oleh katarak.
95% masyarakat yang berusia 65 tahun memiliki tingkatan kekeruhan lensa, banyak yang menjalani operasi katarak.
95% masyarakat yang berusia 65 tahun memiliki tingkatan kekeruhan lensa, banyak yang menjalani operasi katarak.
The Beaver Dam Eye melaporkan bahwa 38,8% pria
45% wanita berusia di atas 74 tahun menderita katarak. Diperkirakan lebih dari
1 juta ekstraksi katarak telah di lakukan di Amerika Serikat. Katarak
diperkirakan telah mengakibatkan 15 juta kasus kebutaan di seluruh dunia.
2.1.3.
Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan
katarak antara lain (Corwin,2000):
1.
Usia lanjut dan
proses penuaan.
2.
Congenital atau
bisa diturunkan.
3.
Pembentukan
katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun
lainnya.
4.
Katarak bisa
disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga
dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1.
Katarak traumatik
yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2.
Katarak sekunder
yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses
peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3.
Katarak yang
disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4.
Katarak yang
disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid
dan obat penurun kolesterol.
5.
Katarak
kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
2.1.4
Klasifikasi
Katarak
Katarak berdasarkan usia dapat
diklasifikasikan menjadi :
a.
Katarak
Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa
yang timbul pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu
bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme,
dan galaktosemia.
b.
Katarak Senile
Katarak senile ini adalah semua
kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun
(Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed 3). Penyebabnya sampai sekarang tidak
diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan
dengan gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan yang semakin kabur pada
stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur.
Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih
baik tanpa kaca mata (second sight).
c.
Katarak Juvenile
Kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek
seperti bubur dan disebut sebagai soft carahast. Mulai terbentuknya pada usia
kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital.
d.
Katarak
Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau
sebagai komplikasi dari penyakit lain. Penyebab katarak jenis ini adalah
gangguan okuler, penyakit sistemik dan trauma.
2.1.5
Manifestasi
Klinis
a. Penurunan
ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh
kehilangan penglihatan.
b. Pengembunan
seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop
c. Pandangan
menjadi kabur atau redup
d. Pupil
tampak abu-abu atau putih
e. Penglihatan
tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
f. Peka
terhadap sinar atau cahaya
g. Dapat
melihat dobel pada satu mata (diplobia)
h. Memerlukan
pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
i. Lensa mata
berubah menjadi buram seperti kaca susu
j. Kesulitan
melihat pada malam hari
k. Melihat
lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
l. Penurunan
ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari)
2.1.6
Pembagian
Stadium Katarak
a.
Stadium insipien
-
Di mana mulai timbul katarak akibat proses
degenerasi lensa.
-
Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak
kekeruhan yang tidak teratur.
-
Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan
seperti melihat ganda dengan satu matanya.
-
Pada stadium ini., proses degenerasi belum
menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan
dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan
ringan pada lensa.
-
Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
b.
Stadium imatur
-
Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan
mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung.
-
Terjadi pembengkakan lensa yang disebut
sebagai katarak intumesen. P
-
Terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi
cembung à pasien menyatakan tidak perlu
kacamata sewaktu membaca dekat.
-
Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke
depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup.
-
Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma
sekunder.
-
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow
test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris positif.
c.
Stadium matur
-
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa.
-
Terjadi kekeruhan seluruh lensa.
-
Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam
keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi
normal kembali.
-
Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi
normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, uji
bayangan iris negatif.
-
Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat
hanya tinggal proyeksi sinar positif
d.
Stadium hipermatur
-
Terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan
korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks
lensa (katarak Morgagni).
-
Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul
lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam
bilik mata depan.
-
Pada stadium matur akan terlihat lensa yang
lebih kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik
mata depan terbuka.
-
Pada uji bayangan iris terlihat positif
walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini disebut uji bayangan
iris pseudopositif.
-
Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka
akan timbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis.
-
Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan
keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma fakoliti
Tabel
1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)
|
Insipien
|
Imatur
|
Matur
|
Hipermatur
|
Kekeruhan
|
Ringan
|
Sebagian
|
Seluruh
|
Masif
|
Cairan Lensa
|
Normal
|
Bertambah
|
Normal
|
Berkurang
|
Iris
|
Normal
|
Terdorong
|
Normal
|
Tremulans
|
Bilik mata
depan
|
Normal
|
Dangkal
|
Normal
|
Dalam
|
Sudut bilik
mata
|
Normal
|
Sempit
|
Normal
|
Terbuka
|
Shadow test
|
(-)
|
(+)
|
(-)
|
+/-
|
Visus
|
(+)
|
<
|
<<
|
<<<
|
Penyulit
|
(-)
|
Glaukoma
|
(-)
|
Uveitis+glaukoma
|
2.1.7
Pencegahan
Katarak
a.
Mengontrol penyakit yang berhubungan dengan
katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya katarak.
b.
Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di
luar ruangan pada siang hari bisa mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang
masuk ke dalam mata.
c.
Berhenti merokok bisa mengurangi resiko
terjadinya katarak.
d.
Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vit C, vit A dan vit E
2.1.8
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Penyinaran sampan
Dengan bantuan lampu
senter, terlihat kekaburan lensa mata yang putih keabuan dengan dasar hitam.
Pada stadium imatur, tampak bayangan iris diatas lensa akibat superfisial lensa
masih transparan, iris shadow positif. Pada stadium matur, iris shadow
negative, lensa keruh sama sekali.
2.
Offtalmoskope
Pada stadium impisien da
imatur tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar belakang merah jambu. Pada
stadium matur haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa latar belakang
merah jambu, lensa sudah keruh.
2.2
ANATOMI DAN FISIOLOGI KATARAK

·
Sklera (bagian
putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
·
Konjungtiva : selaput
tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera
·
Kornea : struktur
transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan
bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
·
Pupil : daerah
hitam di tengah-tengah iris.
·
Iris : jaringan
berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan
lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah
ukuran pupil.
·
Lensa : struktur
cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi
membantu memfokuskan cahaya ke retina.
·
Retina : lapisan
jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi
mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
·
Saraf optikus :
kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
·
Humor aqueus :
cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen
anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea;
dihasilkan oleh prosesus siliaris.
·
Humor vitreus :
gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi
segmen posterior mata).

·
Segmen anterior :
mulai dari kornea sampai lensa.Segmen anterior berisi humor aqueus yang
merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya.Segmen anterior sendiri
terbagi menjadi 2 bagian:
Ø Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris
Ø Bilik posterior : mulai dari iris sampai
lensa.
Dalam
keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil
masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang
terletak ujung iris.
·
Segmen posterior
: mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina.Segmen posterior
berisi humor vitreus. Cairan tersebut membantu menjaga bentuk bola mata.

Lensa adalah struktur sirkuler, lunak dan
bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya
sekitar 4 mm dan diameter 9 mm, terletak di belakang iris, di depan badan
vitreus. Titik pusat permukaan anterior dan posterior disebut polus anterior
dan polus posterior, dan garis yang melewati kedua polus tersebut disebut
aksis. Lensa tetap berada di tempatnya karena dari depan ditekan oleh akueos
humor, dari belakang ditekan oleh vitreus humor dan digantung zonula atau
ligamen suspensorium. Zonula adalah membran tipis yang menutupi permukaan dalam
badan silier, prosessus siliaris dan lensa. Permukaan posterior lensa lebih
cembung dibandingkan permukaan anterior dan lensa ini menempati fossa hialoidea
badan vitreus.
Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul pada
bagian luar, korteks dan nukleus pada bagian dalam. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar
subepitel terus diproduksi sehingga lama kelamaan menjadi lebih besar dan
kurang elastik. Nucleus dan korteks terbentuk dari lamella konsentris yang
panjang dari serabut-serabut yang tepinya dihubungkan oleh bahan yang
menyerupai perekat yang tertutup di dalam suatu kapsul tipis. Kapsul lensa
adalah suatu membran yang semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan
elektrolit masuk. Kapsul ini merupakan membrane bening yang menutup lensa
secara erat dan lebih tebal pada permukaan anterior.

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas
cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot
siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina.Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang.Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa
menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.Kerjasama
fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan
benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan
usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga
terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk
memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.
2.3
PATOFISIOLOGI
Lensa berisi 65% air,35% protein dan mineral
penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen,penurunan
ai,peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut
menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap
kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan desitasnya.
Peningkatan densitasn diakibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang lebih
tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi di korteks,serat lensa ditekan
menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya
transparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain
itu,berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan metabolisme pada
lensa mata. Gangguan metabloisme ini,menyebabkan perubahan kandungan
bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan
lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada
gangguan ini sinar yang masuk melalu kornea dihalangi oleh lensa yang
keruh/buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina.
Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan yang kabut. Pada katarak
yang tidak diterapi,lensa mata menjadi putih susu,kemudian berubah kuning.
Bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam
membedakan warna.
2.4 PRINSIP
LEGAL ETIK PENATALAKSANAAN KATARAK
ü Penatalaksanaan
-
Stadium I
o
Dengan deteksi
catalin, catalin adalah zat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat quino,
yaitu zat yang mengubah protein lensa mata yang bening menjadi gelap.
o
Tujuan pegobatan
ini adalah untuk menekan proresifitas kekaburan lensa supaya katarak menjadi
stasioner.
-
Stadium II
o
Dilakukan secara
simtomatis.
-
Stadium III dan IV
o
Operasi untuk mengeluarkan lensa yang karakteus.
·
Indikasi
dilakukannya operasi katarak :
-
Indikasi sosial :
jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas
pekerjaan
-
Indikasi medis:
bila ada komplikasi seperti glaucoma
-
Indikasi optik:
jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan
hasil visus 3/60
·
Ada dua macam
teknik pembedahan untuk pengangkatan katarak :
q Ekstraksi
Katarak Intrakapsuler
Ekstraksi katarak intra kapsuler ( ICCE, intra
capsuler catarak ekstraksion ) adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan. Setelah zona dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe, yang
diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Bedah beku berdasar pada suhu
pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas. Insrumen bedah beku
bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada benda yang lembab.
Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsula akan
melekat pada probe.lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan
cara pangangkatan katarak utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena
tersedianya teknik bedah yang lebih canggih.
q Ekstraksi
Katarak Ekstrakapsuler
Ekstraksi katarak ekstracapsuler (ECCE, extracapsuler
catarak ekstraksion) sekarang merupakan teknik yang lebih disukai dan mencapai
sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan
keluar nucleus,dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan
alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh,
dapat mempertahankan arsitektur bagi posterior mata, jadi mengurangi insidensi
yang serius.
ü Pendidikan Pasien
Setelah Pembedahan Katarak
o
Pembatasan
aktivitas
o
Diperbolehkan :
-
Menonton
televisi; membaca bila perlu, tp jangan terlalu lama
-
Mengerjakan
aktivitas biasa tapi dikurangi
-
Pada awal mandi
waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau pancuran
o
Tidak boleh
membungkuk pd wastafel atau bak mandi; condongkan sedikit kepala kebelakang
saat mencuci rambut
o
Tidur dengan
perisai pelindung mata logam pada malam hari; mengenakan kacamata pada siang
hari
o
Ketika tidur,
berbaring terlentang atau miring tidak boleh telengkup
o
Aktivitas dengan
duduk
o
Mengenakan
kacamata hitam untuk kenyamanan
o
Berlutut atau
jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
o
Dihindari (paling
tidak selama 1 minggu)
-
Tidur pada sisi
yang sakit
-
Menggosok mata;
menekan kelopak untuk menutup
-
Mengejan saat
defekasi
-
Memakai sabun
mendekati mata
-
Mengangkat benda
yang lebih dari 7 Kg
-
Hubungan seks
-
Mengendarai
kendaraan
-
Batuk, bersin,
dan muntah
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
Kasus Pemicu
Tuan K 60 tahun dirawat di RS dengan keluhan
gangguan penglihatan buruk atau tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan
bertahap penglihatan perifer atau kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau
merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi
di sekitar sinar, foto fobhia kekeruhan mulai dari tepi equator berbentuk
jeriji menuju korteks anterior dan posterior vakuol mulai terlihat di dalam
korteks. Kekeruhan ini dapat menimbulkan polyopia oleh karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk
waktu yang lama. Oleh karena dokter Tuan K direncanakan dilakukan tindakan
operasi.
3.1
Pengkajian
I.
Identitas
1.
Nama : Tn K
2.
Jenis kelamin : Laki-laki
3.
Umur : 60 tahun
4.
Status perkawinan : Menikah
5.
Pendidikan : SMA
6.
Suku/Bangsa :
Indonesia
7.
Alamat : Jl. Pramuka
No. 08 Tuban
8.
Pekerjaan : Wiraswasta
9.
Tanggal MRS : 05 Maret 2012
10.
Sumber
informasi : Klien dan Keluarga
II.
Keluhan Utama/Alasan Masuk RS : Pasien merasa penglihatan kabur terutama
pada mata kirinya
III.
Riwayat Keperawatan
•
Riwayat Penyakit
Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit
apapun.Pasien tidak ada alergi makanan dan obat – obatan.Opname saat ini
merupakan pengalaman yang pertama bagi pasien.
•
Riwayat Penyakit
Sekarang
–
P : Tn D dirawat
dirumah sakit karena mengalami gangguan penglihatan yang kabur
–
Q : Tn D mengatakan dia kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat seperti berada di dalam ruang yang gelap
–
R : Penglihatan
tampak kabur dan kekeruhan pada lensa mata
–
S : Sinar terang dapat menyebabkan silau dan
penglihatan menjadi tidak jelas
–
T : Penglihatan
dirasakan semakin kabur pada saat siang hari
•
Riwayat Penyakit
Keluarga
Tidak ada penyakit yang pernah diderita oleh
anggota keluarga
IV.
Observasi dan Pemeriksaan Fisik
·
Keadaan Umum :
Keadaan umum pasien kurang baik, tampak
gelisah dan cemas
·
TTV :
–
S :370C
–
N : 90 x/menit
–
TD : 120/80 mmHg
–
RR : 20 x/menit
·
Body System
a.
Pernapasan (B1)
o Hidung
-
Pernafasan cuping
hidung : tidak ada
-
Septum nasi : simetris
o Bentuk dada : simetris
o Kx tidak batuk atau sesak dan tidak nyeri
waktu nafas
o Irama nafas : teratur
b.
Cardiovaskuler
(B2)
o Keluhan nyeri dada : tidak ada
o Irama jantung : teratur
o CRT : < 3 detik
o Konjungtiva pucat : tidak
o JVP : normal
c.
Persyarafan (B3)
o Kesadaran :
composmentis
o GCS : 4 5 6
o Keluhan pusing : tidak
o Pupil :
ada warna keabuan
o Nyeri : tidak
d.
Perkemihan (B4)
o Kandung kencing : tidak ada nyeri tekan
o Produksi urine : 900 cc/hari
o Intake cairan oral : 1000cc/hari
e.
Pencernaan (B5)
o TB : 160cm
o BB :
57kg
o Mukosa mulut : lembab
o Tenggorokan : tidak ada nyeri telan
o Abdomen :
-
Pembesaran hepar
: tidak
-
Pembesaran lien :
tidak
-
Ascites : tidak
o Bising usus : 20x /menit
o BAB : 1-2 x/hari, konsistensi: lunak
f.
Tulang-Otot-Integumen
(B6)
o Pergerakan sendi : bebas
o Kelainan ekstermitas : tidak ada
o Kelainan tl. Belakang : tidak ada
o Fraktur : tidak
o Traksi/spalk/gips : tidak
o Kulit : normal
o Akral : hangat
o Turgor : baik
V.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Kartu mata snellen/mesin
telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke
retina.
b.
Lapang Penglihatan : penurunan
mngkin karena massa tumor, keratitis,
glaukoma
c.
Pengukuran Tonografi : TIO (12 –
25 mmHg)
d.
Pengukuran Gonioskopi membedakan
sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e.
Tes Provokatif : menentukan
adanya/tipe glaukoma
f.
Oftalmoskopi : mengkaji struktur
internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
g.
Tes toleransi glukosa : menentukan
adanya/ control diabetes.
ª
ANALISA DATA
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
Ds :
Px
mengatakan penglihatannya tidak jelas dan kabur
Do :
-
Adanya
kekeruhan pd lensa mata
-
Pupil tampak
keabuan
-
Visus 1/6
-
Terdapat
fotofobia saat pemfis mata dg penlight
-
Px tampak tidak
nyaman
|
Blocking sinar yang masuk kornea
Mengaburkan
bayangan yang semu yang sampai pada retina
Otak
menginterpretasikan sebagai bayangan berkabut
Pandangan kabur
Gg. Persepsi
sensori visual
|
Gg. Persepsi sensori visual
|
Ds :
Px mengatakan
penglihatannya tidak jelas dan kabur
Do :
-
Adanya
kekeruhan pd lensa mata
-
Pupil tampak
keabuan
-
Visus 1/6
-
Terdapat
fotofobia saat pemfis mata dg penlight
-
Px tampak tidak
nyaman
|
Blocking sinar yang masuk kornea
Mengaburkan
bayangan yang semu yang sampai pada retina
Otak
menginterpretasikan sebagai bayangan berkabut
Pandangan kabur
Resti Cidera
|
Resiko Tinggi Cidera
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar